LAPORAN BIOLOGI
PERTUMBUHAN TUNAS PADA TANAMAN KAMBOJA ( Adenium Multiflorum )
DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFTING
Oleh:
MAULIDYA ROSALINE
XII IPA 1 / 23
SMA NEGERI 2 LAMONGAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kamboja merupakan tanaman yang banyak di sukai banyak orang. Kamboja adalah
salah satu tanaman yang mempunyai banyak variasi warna. Warna pada bunga
kamboja dapat diperbanyak dengan menggunakan metode yang tepat. Perbanyakkan
yang dilakukan akan menghasilkan bunga dengan campuran warna yang bervariasi.
Perbanyakkan yang dilakukan dapat menggunakan metode grafting.
Perbanyakan dengan
metode grafting tidak memerlukan perlakuan
yang rumit dimana dalam perbanyakan tanaman grafting ini mempunyai
keunggulan yaitu tanaman hasil
grafting sama seperti induknya atau bahkan lebih baik karena faktor dominan
dari jenis tumpang batang bawah yang lebih unggul dari induk atas hasil
prunning dan juga
Waktu yang
dibutuhkan untuk metode ini relatif singkat.
1.2
Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana cara perlakuan pada tanaman kamboja sabi star ( adenium multiflorum ) dalam keadaan normal setelah
proses grafting?
1.2.2 Bagaimana keadaan tunas dan daun pada tanaman kamboja (adenium multiflorum ) setelah proses grafting dilakukan ?
1.2.3 Bagaimana pengaruh air dan
penyinaran matahari dalam pertumbuhan tunas pada
tanaman kamboja (adenium
multiflorum ) setelah proses
grafting dilakukan ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui cara
perlakuan pada tanaman kamboja sabi star ( adenium multiflorum ) dalam keadaan normal setelah
proses grafting.
1.3.2
Untuk mengetahui keadaan tunas dan daun pada tanaman kamboja (adenium multiflorum ) setelah proses
grafting dilakukan.
1.3.3
Untuk mengetahui pengaruh air dan penyinaran matahari dalam
pertumbuhan tunas pada tanaman kamboja (adenium multiflorum ) setelah proses grafting dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Kamboja ( Adenium
multiflorum )
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Adenium
Kingdom :
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Superdivis
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Subkelas
: Asteridae
Ordo(Bangsa)
: Gentianales
Family(Suku)
: Apocynaceae
Genus(Marga) :
Adenium
Spesies(Jenis) : Adenium Multiflorum
2.1.2 Morfologi
Tanaman Adenium Multiflorum
Adenium
multiflorum adalah yang paling
terkenal dari adeniums Afrika Selatan. Ini
bunga di musim dingin ketika sebagian besar vegetasi di sekitarnya agak
membosankan dibandingkan dengan putih cemerlang, merah muda, merah tua, bunga
merah dan bicoloured yang mencakup tanaman ini saat mekar penuh. Adenium
genus terdiri dari lima spesies sukulen dari daerah tropis Afrika, Arabia, dan
Socotra. Bentuk mencolok dan bunga-bunga indah ditanggung dalam massa selama periode
yang panjang membuat mereka sangat baik dan tanaman kebun kontainer.
Adenium
multiflorum adalah sukulen
gugur semak atau pohon kecil, 0,5-3 m, bentuk menyerupai miniatur baobab. Berasal
dari batang bawah timbul bawah tanah yang besar. Kulit berwarna abu-abu
mengkilap sampai coklat, dengan lateks berair beracun. Untuk sebagian besar
tahun ini tanaman tidak memiliki bunga atau daun. Daun hingga 100 mm, hijau
mengkilap di atas dan pucat di bawah ini, biasanya jauh lebih luas ke arah
ujung, dan dibawa dalam cluster di ujung tumbuh dari cabang. Mereka adalah
gudang sebelum berbunga.
Adenium multiflorum tumbuh baik
di hangat, baik dikeringkan situasi di mana tanah yang berpasir. Di kebun
mereka tidak tanaman untuk daerah dingin atau lembab. Tanaman tumbuh penuh
semangat dari biji, tapi jarang bunga sampai mereka 4 sampai 5 tahun. Takson
Ini terlihat dalam kultivasi, tetapi adalah kedua jauh ke A.. obesum ketersediaan, terutama karena laju
pertumbuhan lebih lambat dan lebih pendek musim mekar.
Adenium multiflorum adalah
rentan terhadap busuk akar ketika disiram terlalu sering selama cuaca dingin
atau jika kronis tergenang air setiap saat. Penggunaan media pot baik
dikeringkan akan mencegah sebagian besar masalah dengan membusuk. Hama jarang
adeniums kerusakan tumbuh di luar ruangan Dalam ruangan atau dalam kontainer,
bug pucat, tungau laba-laba, kutu daun dan lalat putih sering tanaman menginfestasi.
2.2 Metode Grafting
2.2.1 Pengertian Grafting
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan
vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda
sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan,
kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Grafting ini bukanlah sekedar
pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau
akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama
dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002)
menyatakan bahwa seni grafting
ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia
menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping
itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sambungan
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
inisiasi tunas dapat merangsang sintesis protein dan roduksi RNA. Dalam
perkembangbiakan vegetatif secara grafting memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman hasil grafting pada tanaman antara lain
sebagai berikut:
1. Faktor
endogenus
2.
Faktor hormon, yang dimaksud
hormon disini adalah Auxin, Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA.
3. Faktor
lingkungan
4. Faktor dari
nutrisi tanaman grafting
5. Faktor dari
food reserve
6. Faktor dari
kemampuan memobilisasi food reserve.
2.3 Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT )
Perbanyakan
tanaman yang dilakukan dengan perkembangbiakan vegetatif secara stek dapat
dipengaruhi faktor fisiologi tanaman yang merupakan zat tumbuh tanaman. Seperti
Auksin, Giberelin, Cytokinin, dan
sebagainya.
2.3.1
Auxin
Auksin secara
spesifik aktivitasnya dapat merangsang perpanjangan sel. Auksin merupakan zat
pengatur tumbuh pertama yang diisolasi dari alam yang dikenal dengan Indole
acetic acid (IAA) yang termasuk IAA adalah 2,4 D, NAA (Naptaline acetic acid)
dan precursor IAA adalah asam amino triptopan.
2.3.2
Senescence
Senescence adalah suatu penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan
kenaikan vulnerability suatu organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini
diartikan; menurunnya fase pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh
(vigor) serta diikuti dengan kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan
lingkungan, penyakit atau perubahan fisik lainnya.
2.3.3
Giberelin
Giberelin
mempunyai fungsi regulasi sintesis asam nukleat dan kemungkinan menekan
inisiasi akar melalui interferensi dalam suatu proses. Namun dari beberapa para
penelitian berpendapat bahwa giberelin pada kosentrasi rendah giberelin dapat
merangsang inisiasi akar. Giberelin yang terutama mempunyai fungsi dari seluruh
fisiologi adalah perpanjangan sel dan merangsang aktivitas kambium.
2.3.4 Cytokinin
Perbandingan cytokinin lebih besar dari
auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun.
Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan
mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar.
2.3.5 Ethylene
Di dalam proses
fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman
sebagai berikut:
1. Mendukung respirasi climacteric dan
pematangan buah.
2.
Mendukung epinasti.
3. Menghambat
perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman
walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan
mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
4.
Menstimulasi perkecambahan.
5. Menstimulasi
pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
secara longitudinal.
6. Mendukung
terbentuknya bulu-bulu akar.
7. Mendukung
terjadinya abscission pada daun.
8. Mendukung
proses pembungaan pada nanas.
9. Mendukung
adanya flower fading dalam persarian anggrek.
10.
Menghambat transportasi auxin secara
basipetal dan lateral.
11.
Mekanisme timbal balik secara teratur
dengan adanya auxin
auxin
di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini
menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan,
sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan
mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor.
BAB III
DATA DAN
ANALISIS DATA
3.1
Tempat dan Waktu
1. Tanggal 4 Agustus 2011
Persiapan
Media Tanam berupa tanah, pupuk kompos, zat- tumbuh (ZPT) berupa pasta dan
alat-alat yang dibutuhkan( cutter, plastik, solatip ). Serta melakukan praktikum langsung
pengembangbiakan tanaman puring dengan cara grafting di halaman depan ruang
SMADAPALA.
2. Tanggal 18 Agustus 2011
Pengamatan terhadap tanaman adenium yang telah
digrafting dengan membuka plastik dan ikatan.
3. Tanggal 25 Agustus – 24 September 2011
Pengamatan terhadap tanaman adenium yang telah
digrafting dengan munculnya mata tunas baru.
4.
Tanggal 14 Oktober 2011
Penyusunan laporan
3.2 Alat
dan
Bahan
3.2.1
Alat
1. Pisau
1
buah
2. Pot
bunga 1
buah
3. Plastik
2 buah
3.2.2
Bahan
1. Tanaman adenium warna merah 1 tanaman
2. Batang
tanaman adenium warna putih 1 tanaman
3. Tanah secukupnya
4. Air secukupnya
5. Pupuk secukupnya
6. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) secukupnya
3.3 Cara kerja
i. Persiapkan semua alat dan bahan untuk grafting
ii. Potong batang bawah yang akan disambung sesuai
dengan keinginan dan kreasi anda dengan menggunan pisau cater (pisau cater
tajam telah dibersikan/steril dengan alkohol.)
iii. Potong batang atas cabang (top grafting) ± 1,5 cm (dua mata daun).
iv. Tempelkan batang / cabang atas (top grafting) tersebut ditengah batang
bawah (tumpang).
v. Tutup dengan plastik kecil yang telah dipotong persegi empat, lalu diikat
sambungan tersebut. Pada proses ini plastik penutup persegi empat berfungsi sebagai pelekat sambungan antara top
grafting dengan batang tumpang.
vi. Tanaman yang di Grafting / sambung sebaiknya jangan langsung terkena sinar
matahari.
vii. Setelah ± 10 hari buka tutup plastik penutup dan ikatannya tersebut secara
hati-hati jangan sampai sambungan patah / putus. Setelah pembungkus dibuka
tanaman yang di Grafting dijemur.
viii. Dalam kurun waktu ± 21 hari (3 minggu) akan terlihat munculnya mata tunas
baru, bila dianggap layak buka kantong plastik pelindungnya. Pada fase ini
merupakan tahap rawan hingga terbentuk tunas daun yang sesungguhnya ± 2 bulan.
3.4
Analisis Data
Dari pengamatan yang telah
dilaksanakan mengenai Perkembangbiakan Vegetatif Kamboja sabi star ( Adenium Multiflorum ) dengan Metode
Grafting dapat
dikemukakan beberapa data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Perlakuan pada Tanaman
Kamboja sabi star ( Adenium Multiflorum )
dalam Keadaan Normal Setelah Proses Grafting
Minggu
ke-
|
Perlakuan
|
1
|
Tanaman
disiram secara rutin diberi sinar matahari secukupnya
|
2
|
Ikatan
tali rafia dan plastik dibuka
|
3
|
Tanaman
disiram secara rutin diberi sinar matahari secukupnya
|
4
|
Pelapasan
ikatan tali rafia pada batang yang di grafting
|
5
|
Tanaman
disiram secara rutin diberi sinar matahari secukupnya
|
Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa perlakuan awal pada tanaman kamboja harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dalam pertumbuhan tanaman kamboja harus
mendapatkan penyinaran matahari dan air yang cukup. Keadaan batang yang telah
di grafting apabila telah memasuki waktu tumbuh tunas, maka penutup atau
plastic yang digunakan harus dilepas agar mendapatkan oksigen yang cukup untuk
pertumbuhannya. Pada beberapa minggu berikutnya tali rafia yang mengikat batang
grafting harus di lepas agar tidak terjadi kerusakan pada penyambungan.
Tabel 3.2 Pengamatan Pertumbuhan Tunas pada Tanaman Kamboja (Adenium Multiflorum )
Setelah Proses Grafting Dilakukan
Minggu ke-
|
Tumbuh Tunas
|
Banyak Daun pada Tunas
|
1
|
Belum tumbuh
|
42 Daun
|
2
|
Tumbuh tunas
|
51 Daun
|
3
|
Tumbuh tunas
|
47 Daun
|
4
|
Tumbuh tunas
|
48 Daun
|
5
|
Tumbuh tunas
|
43 Daun
|
Dari tabel diatas dapat diketahui pertumbuhan tunas pada beberapa minggu
setelah proses grafting dilakukan. Munculnya tunas terjadi pada minggu ke-2
setelah proses grafting. Banyak daun dalam tunas semakin bertambah pada minggu
ke-2. Pada minggu ke-3 terjadi penurunan jumlah daun. Pada minggu ke-5 terjadi
penurunan jumlah daun paling banyak hal ini disebabkan lamanya penyinaran
matahari dan kurangnya air yang diberikan pada tumbuhan tersebut.
Tabel 3.3 Pengaruh Media Air dan
Penyinaran Matahari dalam Pertumbuhan
Tunas pada Tanaman Kamboja (Adenium Multiflorum )
Setelah Proses Grafting Dilakukan
Minggu ke-
|
Penyinaran Matahari dan Pemberian Air
|
Panjang Batang yang Digrafting
|
Banyak Daun pada Batang yang Digrafting
|
1
|
Cukup
|
5 cm
|
6 Daun
|
2
|
Cukup
|
7 cm
|
7 Daun
|
3
|
Cukup
|
10 cm
|
9 Daun
|
4
|
Kurang
|
12 cm
|
7 Daun
|
5
|
Cukup
|
15 cm
|
10 Daun
|
Dari data dapat
diketahui bahwa pertumbuhan panjang
batang yang digrafting pada kamboja sabi star (Adenium Multiflorum) semakin bertambah panjang dalam beberapa
minggu. Banyak daun pada tunas dari minggu ke-1 hingga minggu ke-5 mengalami
peningkatan dan penurunan. Penurunan jumlah daun terjadi akibat perlakuan
pemberian sinar matahari dan air yang tidak sesuai kebutuhan tanaman
menyebabkan daun tanaman menjadi kuning dan rontok.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
4.1.1
Perlakuan
yang tepat pada tanaman kamboja dalam keadaan normal setelah proses grafting
adalah dengan tetap memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman yaitu
penyinaran matahari dan pemberian air yang cukup
4.1.2
Tunas
tumbuh pada minggu ke-2 setelah proses grafting. Keadaan batang yang di
grafting semakin bertambah panjang dari minggu ke minggu
4.1.3
Penyinaran
matahari dan pemberian air berpengaruh pada tumbuh dan rontoknya daun. Semakin
kering tanaman, daun akan semakin rontok. Semakin subur tanaman, semakin lebat
daun dan perpanjangan batang
4.2
Saran
4.2.1
Pengembangbiakan tanaman dengan
metode grafting harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena bila
teknisnya salah, maka metode grafting akan gagal
4.2.2 Pengembangbiakan
tanaman dengan metode grafting bila sampai tahap pemotongan tunas/pucuk maka
cutter yang digunakan harus steril. Dan bila pucuk telah dipotong maka segera
tempel dan ikat dengan kencang dengan batang tanaman lain yang akan dipakai
untuk menyambung pucuk tersebut supaya benar-benar terikat rapat dan menyatu
menjadi satu tanaman
4.2.3 Tanaman adenium akan tumbuh baik minimal membutuhkan cahaya
sinar matahari langsung ± 5 jam
DAFTAR
PUSTAKA
Dwijoseputro, 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia. 200 p.
Loveless, A.R. 1998. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Steenis, Van. 2002. Flora. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus).
Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Tomasouw Ino, Maloedyn Sitanggang, 2005. Membuat Adenium Berbonggol Indah &
Berbunga Lebat. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka,
http://warniadenium.wordpress.com/adenium/
http://www.artikata.com/arti-75475-genus+adenium.html